Senin, 06 April 2020

Kebebasan dari satu epigram penyair yunani


Penyair adalah orang yang menciptakan puisi. Dalam puisi-puisi mereka biasanya tersirat banyak hal, yang isinya dapat terlihat berbeda tergantung dari orang yang membacanya. Para penyair seringkali menggunakan diksi-diksi yang dapat dibilang bermakna luas, sehingga pemahaman orang-orang seringkali berbeda-beda.
Pada Pembahasan kali ini, saya akan mencoba menafsirkan salah satu Epigram yang tertulis pada makam seorang penyair yunani, 
yaitu Nikos Kazantzakis.
            Mungkin ditelinga pembaca sekalian, nama Nikos Kazantzakis terdengar asing. Jelas saja, karena dia bukan penyair Indonesia. Hehe…

Nikos Kazantzakis



Lahir 
18 Februari 1883
Kandiye, Kreta, Kekaisaran Utsmaniyah (sekarang Heraklion, Yunani)
Meninggal
26 Oktober 1957 (umur 74)
Freiburg im Breisgau, Jerman Barat (sekarang Jerman)
Pekerjaan :
Poet, novelis, esayis, penulis perjalanan, filsuf, penulis sandiwara, wartawan, penerjemah
Kebangsaan
Yunani
Pendidikan
Universitas Athena
(1902–1906; LL.D., 1906)[1]
Universitas Paris
(1907–1909; Dr, 1909)[1]

        Nikos Kazantzakis (bahasa Yunani: Νίκος Καζαντζάκης [ˈnikos kazanˈd͡zacis]; lahir 18 Februari 1883 – meninggal 26 Oktober 1957 pada umur 74 tahun) adalah seorang penulis asal Yunani. Banyak dianggap sebagai raksasa sastra Yunani modern, ia dinominasikan untuk Penghargaan Nobel Sastra dalam sembilan tahun berbeda.
        
        Nikos Kazantzakis adalah seorang penulis asal Yunani. Ia dinominasikan untuk Nobel Prize In Literature pada Sembilan tahun yang berbeda. Nikos Kazantzakis juga dikenal sebagai Pemuka modern Greek literature. Sebagian besar karya miliknya menceritakan tentang hal-hal spiritual, agama, maupun filsafat.



Epitaph Pada Makam Nikos Kazantzakis




Pada batu nisan sang penyair yunani ini, tertulis sebuah epigram :
Δεν ελπίζω τίποτα. Δε φοβούμαι τίποτα. Είμαι λέφτερος.”
(Den elpízo típota. De fovoúmai típota. Eímai léfteros.)
Yang artinya :
"I hope for nothing. I fear nothing. I am free."
Apa makna dari tulisan tersebut?
Mengapa ditulis pada makamnya?


Pembahasan


        Pada makam Nikos Kazantzakis tertulis 3 statement yang dalam bahasa Indonesia berarti :
“Aku tak berharap apapun, Aku tak takut apapun, Aku bebas”
Secara jelas, maksud dari Epigram diatas yaitu dengan tidaknya kita berharap dan tidak adanya rasa takut, kita akan merasa bebas.

Tetapi,
bisakah kita tidak mengharapkan sesuatu? 
Bisakah kita menghilangkan rasa takut?
        Nah.. Postingan kali ini akan berfokus pada pembahasan dan penafsiran dari Epigram diatas, perlu diperhatikan, PEMBAHASAN INI MURNI PENDAPAT DARI PENULIS (SAYA). Jadi, jika ada sanggahan atau kritik, saya menerima dengan terbuka selama tidak menyinggung siapapun.
Pertama, “I Hope Nothing” ; “Aku tak berharap apapun”

Harapan


harap/ha·rap/ 1 v mohon; minta; hendaklah: -- sabar menunggu; -- tenang, jangan gelisah; 2 n keinginan supaya sesuatu terjadi: -- hati-hati;

        Berharap adalah suatu keharusan bagi manusia, dengan tidaknya kita berharap, hal yang kita lakukan akan berasa sia-sia. Sebagai contoh, disaat kita ingin masuk ke sekolah favorit, kita pasti berusaha dengan giat dan sungguh-sungguh. Seolah hal yang kita harapkan bisa didapat dari usaha yang kita lakukan. Lantas bagaimana jika kita tidak berharap? Tentu saja kita tak akan berusaha karena kita merasa kita akan gagal bagaimanapun caranya.

        Tetapi, apa yang akan terjadi bila harapan kita tidak terwujud? sebagian orang akan merasa terbebani dengan usaha dan kerja keras yang sudah dilakukan. Kita akan merasa apa yang kita lakukan sebelumnya sia-sia. Dan bahkan bisa sampai pada tahapan menghakimi diri sendiri karena ketidakmampuan dirinya.

        Nah.. apakah tidak memiliki harapan adalah hal yang baik? Secara positif, orang yang tidak terlalu berharap tidak akan merasa terlalu tertekan pada saat dia gagal. Dia akan merasa bahwa kegagalan yang dilalui sudah dia prediksi sebelumnya. Sehingga tidak ada rasa terkejut dan terbebani sama sekali. Singkatnya, tidak ada rasa tertekan maupun depresi sama sekali.

        Dari segi negatifnya, orang yang tidak memiliki harapan akan hidup dengan stagnan. Tanpa peningkatan. Merasa aman pada titik yang telah dia capai, dan merasa sudah cukup dengan hidup yang ia jalani.

        Selama kita masih ada di dunia ini, kita pasti memiliki harapan. Harapan bisa datang dari mana saja. Contoh, Seperti saat kita melihat seseorang yang bisa melakukan hal yang tidak bisa kita lakukan, maka secara tidak langsung kita ingin mencoba mempelajari hal tersebut. Dan dari situ kita berharap untuk bisa melakukan apa yang dia lakukan. Harapan bisa datang dari diri sendiri maupun dari rasa iri terhadap orang lain. Maka selama kita masih bisa bertemu, melihat, dan merasakan, kita akan selalu berharap.

Jadi, bisakah kita berhenti berharap?  
Jawabannya, Tidak.

            Kedua, “I fear nothing”; “Aku tak takut apapun”

Takut


takut/ta·kut/ a 1 merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana: 2 takwa; segan dan hormat: 3 tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dan sebagainya):4 gelisah; khawatir

        Rasa takut juga merupakan hal yang alami bagi manusia. Ketakutan merupakan emosi yang luas, mulai dari kecemasan, gelisah, khawatir, semuanya termasuk kedalam rasa takut. Ketakutan pun memiliki arah yang luas, seperti ketakutan kepada hewan, seseorang, takut akan masa yang akan datang, dan masih banyak lagi.

        Pada saat kita kecil, kebanyakan dari kita memiliki rasa takut yang sangat besar pada makhluk ghaib. Pada saat itu juga kebanyakan orangtua mengatakan kepada kita “jangan takut, mereka gak bisa ngapa-ngapain kita.” . Sejak dulu, orangtua selalu mengatakan kepada kita bahwa kita harus berani, berani terhadap makhuk lain maupun berani untuk mengambil langkah.
Benarkah hal tersebut? 
        Pada hal ini, benar atau salah perkataan orangtua tidaklah mutlak. Di dunia ini, terdapat beberapa orang dengan rasa takut berlebihan dan ada juga orang yang hampir tidak memiliki rasa takut.
Lantas seperti apa kondisi yang baik? 
        Setiap hal di dunia ini pasti memiliki dampak positif maupun negatif, termasuk dalam bagian ini.

        Seseorang dengan rasa takut berlebih akan hidup dengan aman, namun tidak tenang. Mengapa? Karena rasa takut miliknya akan membawa dia jauh dari bahaya. Bahaya terhadap mahluk, maupun bahaya karena kesalahan pada pengambilan keputusan (keputusan untuk masa depan). Tidak tenangnya seorang yang penakut tentulah karena ketakutan yang akan selalu ada dimanapun dia berada. kekhawatiran yang terus menerus muncul tanpa sebab yang jelas akan membuat si penakut ini takkan bisa tenang. Dan juga karena kurangnya beraninya ia mengambil resiko, hidupnya akan menjadi stagnan tanpa peningkatan yang signifikan. Dan pengalaman yang dia miliki akan jauh dibawah orang lain.

        Sedangkan orang dengan keberanian yang tinggi akan hidup penuh dengan resiko, tetapi kehidupannya akan berwarna dan ceria. Kecerian karena kurangnya rasa kekhawatiran yang dia miliki, keceriaan karena tak acuhnya dia terhadap apa yang dia hadapi. Namun, karena sikap seperti itulah jalan penuh resiko menunggu si pemberani di depannya, bahaya dan ancaman akan datang kepada si berani. Dalam hal pengambilan keputusan, maupun dalam hal keberanian terhadap makhluk. Ancaman yang datang padanya jauh lebih besar dibandingkan dengan orang yang penakut dan dengan akibat yang fatal pula. Keberanian yang dimiliki dapat menjadi tombak dua mata yang bisa mengenai tujuan dan bisa juga mengenai dirinya sendiri.

        masing-masing kepribadian memiliki sisi positifnya masing-masing. Tetapi kondisi dimana seseorang benar-benar tidak memiliki rasa takut adalah mustahil. Dan begitu juga sebaliknya, kondisi dimana seseorang tidak memiliki keberanian pun adalah mustahil.
apa yang terjadi jika manusia tidak memiliki rasa takut?
        Kita sebagai manusia akan hidup dengan bebas, tanpa beban, dan tanpa memikirkan resiko. Kebebasan mutlak tanpa terkecuali. Tapi pada dunia ini, hidup tanpa ketakutan berarti kekacauan. Mengapa? Kita tidak lagi takut pada peraturan, norma, adat, bahaya, resiko, dan termasuk pada tuhan. Kita tak lagi memikirkan akibat sebelum melakukan sesuatu. Yang mana dapat membahayakan diri kita dan orang lain.
Jadi, apakah bisa rasa takut hilang dari manusia?
Jawabannya sama, Tidak.
        Tidak adanya rasa takut, adalah mustahil. setiap manusia memiliki rasa takut yang berbeda pada masa pertumbuhannya. Seorang anak kecil akan ketakutan pada hantu, tetapi ada kemungkinan dia dapat melawan rasa takutnya pada saat tumbuh remaja. Disaat kita remaja dan dewasa, kita diberikan ketakutan yang besar pada saat menentukan pilihan, ketakutan akan resiko, ketakutan akan masa depan, dan ketakutan inilah yang takkan pernah hilang disaat kita hidup.


Terakhir, “I am Free” ; “Aku bebas”

           

Bebas




        be·bas /bébas/ a 1 lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa):  2 lepas dari (kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan sebagainya): 3 tidak dikenakan (pajak, hukuman, dan sebagainya):  4 tidak terikat atau terbatas oleh aturan dan sebagainya:  5 merdeka (tidak dijajah, diperintah, atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuasaan asing):  6 tidak terdapat (didapati) lagi:

        Kebebasan adalah keinginan mutlak semua manusia, Siapa yang tidak ingin hidup bebas? Tentu tidak ada. Setiap manusia pasti ingin hidup tanpa adanya hambatan dan halangan. Jika mengikuti hasrat, setiap manusia pasti ingin hidup tanpa adanya peraturan. Untuk hidup tanpa adanya halangan dan hambatan, kita haruslah berani, tidak takut. Dengan tidak adanya rasa takut, kita akan menganggap halangan dan hambatan ini tidak ada.
Tapi, bisakah kita terapkan?
        Tentu tidak, halangan maupun hambatan adalah resiko yang ada disaat kita hidup. Tanpa adanya pertimbangan terhadap resiko yang ada, kehidupan kita dapat menjadi hancur, dan bahkan kita bisa kehilangan nyawa.
Rasa takutlah yang membatasi kita untuk tidak melewati batas.
        Tekanan juga termasuk kedalam hambatan, dimana saat kita berharap akan ada tekanan dari diri kita sendiri untuk melakukan sesuatu. Dan disaat kita gagal, tekanan yang kita terima akan semakin besar, yang berarti semakin jauh juga kita dengan “kebebasan”.

        Namun, dengan berhenti berharap juga berarti kita bukanlah manusia yang hidup. Harapan adalah bukti untuk kita sebagai manusia, sebagai makhluk hidup. Jika harapan hilang, manusia akan hidup seperti robot. Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa keinginan diri sendiri.
Harapanlah yang membuat kita hidup sebagai diri sendiri.

     Kesimpulan


Jadi, bisakah kita hidup dengan bebas?  
Jawabannya,  
Jika yang kita harapkan adalah kebebasan yang sebenar-benarnya, Tidak.

        Kebebasan yang sebenarnya adalah disaat kita bisa benar-benar melakukan apa yang kita inginkan, tanpa halangan dan tanpa menimbulkan masalah. pada hidup ini, kita akan selalu berintraksi dengan orang lain, yang mana mereka memiliki keinginan yang berbeda dengan kita. seringkali kebebasan kita terganggu karena tidak etisnya hal yang kita lakukan di pandangan orang lain. sekuat apapun kita untuk menganggap diri kita benar. pandangan orang lain lah yang menentukan, dan hal inilah yang sebenarnya menahan kebebasan kita.

        dengan tidaknya kita mempedulikan orang lain, kita bisa saja mendapatkan rasa bebas, tetapi dengan resiko permasalahan yang akan datang karena pandangan masyarakat yang mana menurut mereka itu melanggar norma.

        Jika kita mengejar kebebasan yang sebenarnya di dunia, kita takkan pernah bisa sampai ke tahapan paling tinggi dari kebebasan. Tetapi, tahukah kalian? bahwa dalam hidup ini kita sudah diberikan kebebasan-kebebasan kecil yang mungkin tidak terasa karena kita yang terbiasa.
Di saat kita melakukan sesuatu tanpa berharap apapun, dan kita berhasil.  
Di saat kita berjalan di trotoar tanpa adanya rasa takut.
Bukankah itu adalah sebuah kebebasan kecil yang sementara?
        Kebebasan kecil inilah yang sesungguhnya indah, disaat kalian bisa menikmati kebebasan yang kecil ini, akan tumbuh kepuasan dalam hidup tanpa harus mencapai kebebasan yang mutlak. dimulai dari rasa bersyukur, dan rasa pasrah kepada apa yang akan terjadi dan telah terjadi. dari sikap seperti inilah kita bisa mengurangi berharap yang berlebih dan ketakutan yang tak berdasar. yang mana akan membuat kita merasa lebih dekat kepada Kebebasan.


        Kembali ke awal,
dari pembahasan diatas, kita dapat menjawab pertanyaan :

Mengapa tertulis pada makam?

Dari pembahasan diatas, kita tahu bahwa Nikos Kanzantzakis paham akan “Kebebasan” yang sesungguhnya. Yaitu kematian. Karena kematianlah yang merupakan kebebasan absolut pada kehidupan ini.

Di saat kita tidak merasakan rasa takut.  
Di saat kita sudah tidak berharap apapun lagi dari dunia.  
Disanalah kita dapat merasakan kebebasan yang sebenarnya.
Sekian dan terimakasih sudah membaca sampai akhir thread ini.
Postingan ini tidak ada kaitannya dengan agama manapun, namun bukan berarti saya tidak beragama.
“Agama dan keyakinan itu milik diri sendiri dan juga untuk diri sendiri”

Salam
♠️τροπος